SYNOPSIS
Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.
Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?
Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?
"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?
Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.
Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.
Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?
Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?
"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?
Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.
Hidup juga kayak cuaca. Hari ini bisa hujan, besok bisa cerah. Tapi, lo nggak akan punya hujan selamanya, atau kemarau selamanya. Kita butuh pahir dan manis secara bersamaan, sebuah bentuk keseimbangan.
- Freya -
REVIEW
Tema perselingkuhan adalah tema yang saya benci, tapi saya gak bisa benci sama buku ini. Mungkin tulisan Winna Effendi yang memang asyik dibaca. Alurnya cepat, ga bertele-tele dan ga rebutan pas penyelesaian kaya pengalaman saya sama buku Indonesia sebelumnya. Saya suka unsur sekolah yang membuat saya kangen, juga setting Indonesia yang terasa dekat. Yang kaya gini emang yang saya cari saat menginginkan buku lokal. Gak sok-sok luar negri.
Ada 5 PoV di buku ini dan tidak terasa terlalu banyak karena tiap PoV terasa berbeda. Saya senang awalnya diceritakan kisah tentang hubungan Adrian-Gia, Moses-Freya. Tapi seiring waktu berjalan, bocah-bocah ini mulai galau dengan hubungan percintaan dan persahabatannya.
Saya suka karakter Gia, menurut saya dia paling terlihat nyata. Berasa anak remaja yang, yah kadang memang labil. Dari awal saya melihatnya sebagai tokoh utama, karena Freya terlalu membosankan. Kasian nasib si Gia, diselingkuhin aja tu sakit babget, apalagi diselingkuhin sama sobatnya. Malah di belakang-belakang kesannya dia yang salah membuat Freya jadi kesepian karena melakukan hal yang paling wajar terjadi terhadap sahabat yang selingkuh sama cowoknya : cuekin.
What do you expect? Hi bestie who's cheating with my boyfriend, how about having lunch together? LOL no!
Need time to forget it? Yes.
Freya dan Moses cocok satu sama lain, ga ada yang menarik dari mereka. Oke sifat dewasa Moses sedikit menarik, sayangnya, cerita terlalu fokus pada Adrian. Btw, ini Adrian is a total jerk. Cari-cari alasan kalo Gia ga ngertiin dia karena Gia gak pernah kehilangan orang yang dicintai, menyalahkan Gia yang ga mengerti dia. Intinya, dia bosen. Yang namanya pacaran memang awalnya cinta, lama-lama ya cuma sayang. Hanya saja lo cukup brengsek buat selingkuh apa ngga.
Eric yang menjadi sahabat Freya hanya menjadi tambalan saja, tapi dia memberi humor realistis yang dilupakan 4 karakter lain.
Saya tidak yakin dengan cinta Adrian dan Freya. Ga ada chemistry sama sekali. Cuma karena Adrian bosen sama Gia dan kebetulan Freya ceritanya mengerti keadaan Adrian yang lagi sedih. Tidak ada hal kuat yang meyakinkan saya kalau cinta mereka itu nyata. Tapi yah begitulah ceritanya, cinta mereka abadi.
Tema perselingkuhan adalah tema yang saya benci, tapi saya gak bisa benci sama buku ini. Mungkin tulisan Winna Effendi yang memang asyik dibaca. Alurnya cepat, ga bertele-tele dan ga rebutan pas penyelesaian kaya pengalaman saya sama buku Indonesia sebelumnya. Saya suka unsur sekolah yang membuat saya kangen, juga setting Indonesia yang terasa dekat. Yang kaya gini emang yang saya cari saat menginginkan buku lokal. Gak sok-sok luar negri.
Ada 5 PoV di buku ini dan tidak terasa terlalu banyak karena tiap PoV terasa berbeda. Saya senang awalnya diceritakan kisah tentang hubungan Adrian-Gia, Moses-Freya. Tapi seiring waktu berjalan, bocah-bocah ini mulai galau dengan hubungan percintaan dan persahabatannya.
Saya suka karakter Gia, menurut saya dia paling terlihat nyata. Berasa anak remaja yang, yah kadang memang labil. Dari awal saya melihatnya sebagai tokoh utama, karena Freya terlalu membosankan. Kasian nasib si Gia, diselingkuhin aja tu sakit babget, apalagi diselingkuhin sama sobatnya. Malah di belakang-belakang kesannya dia yang salah membuat Freya jadi kesepian karena melakukan hal yang paling wajar terjadi terhadap sahabat yang selingkuh sama cowoknya : cuekin.
What do you expect? Hi bestie who's cheating with my boyfriend, how about having lunch together? LOL no!
Need time to forget it? Yes.
Freya dan Moses cocok satu sama lain, ga ada yang menarik dari mereka. Oke sifat dewasa Moses sedikit menarik, sayangnya, cerita terlalu fokus pada Adrian. Btw, ini Adrian is a total jerk. Cari-cari alasan kalo Gia ga ngertiin dia karena Gia gak pernah kehilangan orang yang dicintai, menyalahkan Gia yang ga mengerti dia. Intinya, dia bosen. Yang namanya pacaran memang awalnya cinta, lama-lama ya cuma sayang. Hanya saja lo cukup brengsek buat selingkuh apa ngga.
Eric yang menjadi sahabat Freya hanya menjadi tambalan saja, tapi dia memberi humor realistis yang dilupakan 4 karakter lain.
Saya tidak yakin dengan cinta Adrian dan Freya. Ga ada chemistry sama sekali. Cuma karena Adrian bosen sama Gia dan kebetulan Freya ceritanya mengerti keadaan Adrian yang lagi sedih. Tidak ada hal kuat yang meyakinkan saya kalau cinta mereka itu nyata. Tapi yah begitulah ceritanya, cinta mereka abadi.
Bacaan yang cepat dibaca, meski tidak tebal tapi mampu menghanyutkan pembaca dalam cerita.