SYNOPSIS
Di mata Elizabeth, Mr. Darcy tidak pernah menjadi sosok yang memesona. Baginya, laki-laki itu angkuh, sombong, dan menyebalkan. Elizabeth membenci tatapannya yang merendahkan, cara bicaranya yang meremehkan, dan segala hal tentang bangsawan kaya raya itu. Kebencian itu semakin bertambah ketika Elizabeth tahu bahwa Mr. Darcy telah melakukan hal yang menurutnya tak bisa dimaafkan.
Butuh lama bagi Elizabeth untuk memahami sisi lain dari Mr. Darcy dan menerima kenyataan akan kebaikannya yang tersembunyi. Dan, ketika akhirnya gadis itu menyadari perasaannya kepada Mr. Darcy telah berkembang menjadi cinta, dia pun jadi ragu, akankah dia bisa menebus prasangkanya yang sangat buruk pada laki-laki itu? Lalu, akankah cintanya yang baru tumbuh itu menjadi sia-sia?
Dalam Pride and Prejudice, Jane Austen menuangkan detail yang memikat mengenai kaum menengah ke atas pada abad ke-19. Karakter-karakternya yang memukau, juga narasinya yang cerdas, menjadikan novel ini sebagai salah satu roman terpopuler sepanjang masa.
Di mata Elizabeth, Mr. Darcy tidak pernah menjadi sosok yang memesona. Baginya, laki-laki itu angkuh, sombong, dan menyebalkan. Elizabeth membenci tatapannya yang merendahkan, cara bicaranya yang meremehkan, dan segala hal tentang bangsawan kaya raya itu. Kebencian itu semakin bertambah ketika Elizabeth tahu bahwa Mr. Darcy telah melakukan hal yang menurutnya tak bisa dimaafkan.
Butuh lama bagi Elizabeth untuk memahami sisi lain dari Mr. Darcy dan menerima kenyataan akan kebaikannya yang tersembunyi. Dan, ketika akhirnya gadis itu menyadari perasaannya kepada Mr. Darcy telah berkembang menjadi cinta, dia pun jadi ragu, akankah dia bisa menebus prasangkanya yang sangat buruk pada laki-laki itu? Lalu, akankah cintanya yang baru tumbuh itu menjadi sia-sia?
Dalam Pride and Prejudice, Jane Austen menuangkan detail yang memikat mengenai kaum menengah ke atas pada abad ke-19. Karakter-karakternya yang memukau, juga narasinya yang cerdas, menjadikan novel ini sebagai salah satu roman terpopuler sepanjang masa.
Seseorang bisa menjadi angkuh tanpa menjadi sombong. Keangkuhan terkait dengan anggapan kita terhadap diri kita sendiri, sedangkan kesombongan terkait dengan bagaimana kita menginginkan orang lain berpendapat tentang diri kita.
- Mr. Darcy -
REVIEW
Mari sejenak kita memandang sisi kanan cover ini.
O My God, that nose ヽ(*´▽`)ノ
Itu salah satu alasan g semangat baca buku ini. Sepanjang buku, setiap kemunculan Mr. Darcy, laki-laki tampan dia atas muncul dalam imajinasi. G ga pernah nonton filmnya, tapi g uda coba searching, dan g ga nemu Mr. Darcy yang kaya di cover. Bagi yang menemukan, mohon berbagi infonya (ˆヮˆʃƪ)
Ini pertama kalinya g baca buku klasik. Dan g ga kecewa, g ga kapok. G suka Pride and Prejudice. Siapa sangka buku klasik bisa bikin g swooning dan ketawa.
Oke, mungkin klo g lahir di jaman bahela dan baca buku ini pada jamannya, g ga bakal ketawa. Lucu aja liat kehidupan jaman dulu, cara mereka menghabiskan waktu, kesengitan mencari pasangan hidup. Hari ini ketemu, besok nikah juga bisa. Ga ada yang namanya pacaran, klo nembak itu tandanya langsung ngelamar. Pantes Cinderella besok malemnya langsung nikah.
Sebenernya dasar ceritanya sederhana, tapi pengemasan ceritanya sangat menarik. Drama-dramanya ga ngebosenin, bikin g terbawa cerita. Alurnya juga ga lambat jadi ga bikin ngantuk. Tapi ya mungkin emang jaman dulu, klo ngomong ngebelit-belit.
Karakter-karakternya sangat khas. G jujur terpesona dengan karakter Elizabeth yang cerdas dan tegas. Meski kepala batu, tapi g suka sama pendiriannya. Dan Mr. Darcy. You will need time, but I tell you Mr. Darcy is swoonworthy! Karakternya sangat melekat, dan g ngerti betul sekarang kenapa cewe-cewe pada kesengsem sama Mr. Darcy. Ditambah dia umur 28 tahun. Tahukah kalian kalau umur 28 adalah masa tertampan seorang laki-laki? Tentu tidak, karena cuma g yang ngomong begitu.
Karakter lainnya juga sangat menarik. Menarik karena menyenangkan, ato menarik karena menyebalkan. Tokoh-tokohnya ga terlalu mendetail secara fisik kaya rambut si ini pirang ato mata si itu warna biru, tapi seriusan karakter mereka sangat khas dan masing-masing membawa ciri khas dengan perangai mereka yang bikin kita selalu ingat dan ga ketuker-tuker meski banyak banget karakter yang terlibat.
Yang bikin g bingung, penyebutan nama yang cenderung menggunakan nama keluarga. Mungkin cara sopan buku jaman dulu, but seriously, there are freaking 5 Ms. Bennets in the book. Juga pas 3 orang lagi bicara, kadang ga dijelasin ini si ini yang ngomong, main timpa-timpa aja percakapannya. Bingung g.
Mari sejenak kita memandang sisi kanan cover ini.
O My God, that nose ヽ(*´▽`)ノ
Itu salah satu alasan g semangat baca buku ini. Sepanjang buku, setiap kemunculan Mr. Darcy, laki-laki tampan dia atas muncul dalam imajinasi. G ga pernah nonton filmnya, tapi g uda coba searching, dan g ga nemu Mr. Darcy yang kaya di cover. Bagi yang menemukan, mohon berbagi infonya (ˆヮˆʃƪ)
Ini pertama kalinya g baca buku klasik. Dan g ga kecewa, g ga kapok. G suka Pride and Prejudice. Siapa sangka buku klasik bisa bikin g swooning dan ketawa.
Oke, mungkin klo g lahir di jaman bahela dan baca buku ini pada jamannya, g ga bakal ketawa. Lucu aja liat kehidupan jaman dulu, cara mereka menghabiskan waktu, kesengitan mencari pasangan hidup. Hari ini ketemu, besok nikah juga bisa. Ga ada yang namanya pacaran, klo nembak itu tandanya langsung ngelamar. Pantes Cinderella besok malemnya langsung nikah.
Sebenernya dasar ceritanya sederhana, tapi pengemasan ceritanya sangat menarik. Drama-dramanya ga ngebosenin, bikin g terbawa cerita. Alurnya juga ga lambat jadi ga bikin ngantuk. Tapi ya mungkin emang jaman dulu, klo ngomong ngebelit-belit.
Karakter-karakternya sangat khas. G jujur terpesona dengan karakter Elizabeth yang cerdas dan tegas. Meski kepala batu, tapi g suka sama pendiriannya. Dan Mr. Darcy. You will need time, but I tell you Mr. Darcy is swoonworthy! Karakternya sangat melekat, dan g ngerti betul sekarang kenapa cewe-cewe pada kesengsem sama Mr. Darcy. Ditambah dia umur 28 tahun. Tahukah kalian kalau umur 28 adalah masa tertampan seorang laki-laki? Tentu tidak, karena cuma g yang ngomong begitu.
Karakter lainnya juga sangat menarik. Menarik karena menyenangkan, ato menarik karena menyebalkan. Tokoh-tokohnya ga terlalu mendetail secara fisik kaya rambut si ini pirang ato mata si itu warna biru, tapi seriusan karakter mereka sangat khas dan masing-masing membawa ciri khas dengan perangai mereka yang bikin kita selalu ingat dan ga ketuker-tuker meski banyak banget karakter yang terlibat.
Yang bikin g bingung, penyebutan nama yang cenderung menggunakan nama keluarga. Mungkin cara sopan buku jaman dulu, but seriously, there are freaking 5 Ms. Bennets in the book. Juga pas 3 orang lagi bicara, kadang ga dijelasin ini si ini yang ngomong, main timpa-timpa aja percakapannya. Bingung g.
Menurut g Pride and Prejudice buku klasik yang bisa dinikmati anak muda juga, ga melulu klasik jadi bacaan orang yg sudah dewasa. Terjemahannya menurut g juga uda oke :)